Oleh : Muhammad Hadi Arwani
Pontianak, 8 Agustus 2024
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bisa mengenai organ-organ pada tubuh manusia, yaitu seperti paru, otak, usus, kulit dan lain-lain, namun kasus tersering adalah mengenai paru yang dikenal dengan Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru mengalami peningkatan kasus dari tahun 2020 ke tahun 2021 (824.000 kasus pada tahun 2020 menjadi 969.000 kasus pada tahun 2021). Untuk angka kematian di Indonesia sendiri tiap jam ada 16 orang kasus meninggal akibat dari penyakit Tuberkulosis.
Penelitian menunjukan bahwa risiko penularan penyakit yang rendah di bandara, Namun demikian, penularan terjadi lebih sering daripada yang dilaporkan karena banyak penyakit tersebut mempunyai masa inkubasi yang lebih lama daripada durasi penerbangan. Penyakit yang meular lewat airborne dan droplet berpotensi menular melalui kabin pesawat, seperti TB, influenza, meningitis, campak, dan SARS. Jika tuberculosis mengenai seseorang, maka akan terjadi dua fase yaitu pertama Ketika seseorang terekspos dengan bakteri M. tuberculosis dan menjadi terinfeksi, dan kedua Ketika orang yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit (TB Aktif). Hanya kelompok kecil (<10%) dari individu yang terinfeksi menjadi penyakit aktif. Progres dari penyakit TB akan terjadi dalam 2 tahun setelah infeksi. Infeksi laten dapat bertahan seumur hidup.
Kabin penumpang pesawat dari pesawat komersial adalah lingkungan kondusif untuk penyebaran secara airborne yang dibawa oleh penumpang atau kru pesawat. SIstem pengaturan lingkungan di kabin pesawat membatasi penularan dari penyakit infeksi di pesawat Namun demikian, risiko penularan airborne dan droplet selama penerbangan akan selalu ada. Ada 4 cara penularan/penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit infeksi di pesawat yaitu secara kontak, airborne, kendaraan umum, dan melalui vector. Penularan droplet berukuran besar dan airborne adalah risiko terbesar yang akan dihadapi pelancong/turis. Beberapa penilitian menyatakan bahwa penularan penyakit ke penumpang sehat selama penerbangan membutuhkan durasi 8 jam penerbangan ketik duduk pada posisi 2 bari dari penumpang yang terinfeksi. Faktor penting dalam terjadinya penularan di kabin adalah ventilasi pesawat. Pada pesawat tanpa ventilasi penyebaran penyakit seperti influenza lebih besar terjadi. Patogen penyakit yang menular secara airborne dan droplet terjadi pada penyakit Tuberkulosis, SARS, influenza, penyakit meningokokus, dan campak.
Dari penilitan tersebut, disimpulkan bahwa penularan penyakit Tuberkulosis di bandara dapat terjadi baik secara kontak, droplet, dan airborne. Banyak faktor yang berperan pada penularan tersebut baik dari ventilasi pesawat, hingga daya tahan tubuh orang tersebut, Penyakit TB paru dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat baik di rumah maupun di bandara. Pencegahan agar tidak berkembangnya penyakit dapat dilakukan dengan melakukan deteksi dini penyakit TB.
Gambar 1. Sosialisasi Penyakit Tuberkulosis dan Pencegahannya
Gambar 2. Kegiatan Survei Faktor Risiko TB dengan Pengisian kuisioner TB
Gambar 3. Kegiatan Pemeriksaan Spesimen Dahak pada Orang dengan Kontak Erat TBB
Gambar 4. Koordinasi Lintas Sektoral dalam pencegahan TB di bandara Supadio
Salah satu upaya BKK Pontianak dalam melakukan cegah tangkal penyakit Tuberkulosis di bandara Supadio adalah dengan melakukan sosialisai mengenai pencegahan penyakit TB dan melakukan deteksi dini penyakit Tuberkulosis yaitu dengan menggunakan media kuisioner dan pemeriksaan dahak yang dilakukan oleh petugas puskesmas di wilayah kerja bandara Supadio. Kegiatan yang dilakukan di bandara Supadio Pontianak terhadap 60 orang total jumlah pekerja dan stakeholder di bandara Supadio Pontianak didapatkan hasil tidak adanya dicurigai mengalami gejala Tuberkulosis dari hasil kuisioner, namun terdapat sejumlah orang yang menjadi sampel dalam pemeriksaan dahak (walaupun yang didapatkan hanya berupa air liur).
Kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan yang mengharapkan partisipasi dari pekerja bandara dan stakeholder di bandara Supadio dalam melakukan cegah tangkal penyakit di sekitar lingkungan bandara Supadio. Dengan mengenal gejala awal Tuberkulosis dan mendeteksinya secara dini melalui baik pemeriksaan dahak maupun TCM di puskesmas diharapkan dapat menciptakan lingkungan bebas TB di bandara Supadion Pontianak sehingga diharapkan kedepannya dapat menurunkan angka kejadian TB di provinsi Kalimantan Barat.
SUMBER:
WHO.2008.Tuberculosis and Air Travel: Guidlines for Prevention and Control third edition.