Oleh : Nelly Verawati, SKM., M.Kes
Pontianak, 3 Oktober 2024
Nyamuk adalah vektor utama yang menyebarkan penyakit-penyakit serius seperti demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, dan malaria. Salah satu metode pengendalian nyamuk yang efektif adalah penggunaan larvasida, yaitu bahan kimia yang dirancang khusus untuk membunuh larva nyamuk. Uji efikasi larvasida diperlukan guna mengevaluasi efektivitasnya dalam membunuh larva nyamuk, menentukan dosis yang optimal, dan mengamati potensi resistensi larva terhadap larvasida, serta membandingkan efektivitas berbagai jenis larvasida sebagai upaya mendukung program pengendalian nyamuk. Parameter yang diukur dalam uji ini mencakup mortalitas larva, waktu kematian, dan tingkat penghambatan pertumbuhan.
Pelaksanaan Uji Efikasi oleh BKK Kelas I Pontianak
Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Pontianak, yang memiliki lima Wilayah Kerja (Wilker) meliputi Pelabuhan Dwikora Pontianak, Bandara Supadio, Ketapang, Padang Tikar, dan Kendawangan, melaksanakan kegiatan uji efikasi larvasida Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) atau "Bactived" pada Februari hingga Juni 2024. Uji ini dilakukan di setiap Wilker BKK Pontianak untuk memastikan larvasida yang digunakan dapat efektif mengendalikan larva nyamuk di lokasi tersebut.
Metode Uji Efikasi
Empat konsentrasi Bti (10 µL, 20 µL, 30 µL, dan 40 µL) diaplikasikan pada sampel air sebanyak 1000 ml, dengan jumlah larva yang diuji sebanyak 25 ekor untuk setiap konsentrasi dan 50 ekor untuk kontrol. Larva yang digunakan adalah instar III dan IV, dan pengamatan mortalitas dilakukan dalam waktu 1 jam pertama serta setelah 24 jam perlakuan. Larva yang hidup dicirikan dengan gerakan aktif saat dirangsang, sementara larva yang mati tidak bergerak dan tenggelam di dasar gelas plastik.
Jika tingkat kematian pada kontrol mencapai 5-20%, koreksi dilakukan menggunakan rumus Abbott:
Hasil Uji di Setiap Wilayah Kerja
Wilker Pelabuhan Dwikora Pontianak dan Ketapang
Semua konsentrasi (10 µL, 20 µL, 30 µL, dan 40 µL) menghasilkan tingkat kematian larva 100%, menunjukkan efektivitas Bti di kedua wilayah ini.
Wilker Kendawangan
Konsentrasi 10 µL menghasilkan tingkat kematian larva 20%, sedangkan konsentrasi 30 µL dan 40 µL menunjukkan kematian larva sebesar 100%, memperlihatkan bahwa konsentrasi yang lebih tinggi lebih efektif.
Wilker Padang Tikar
Konsentrasi 10 µL menghasilkan tingkat kematian sebesar 84%, sedangkan konsentrasi 20 µL, 30 µL, dan 40 µL mencapai tingkat kematian 100%, menunjukkan efektivitas penuh pada konsentrasi menengah dan tinggi.
Wilker Bandara Supadio Pontianak
Konsentrasi 20 µL dan 50 µL menunjukkan tingkat kematian larva tertinggi sebesar 96%, diikuti konsentrasi 30 µL dengan 80% dan 40 µL dengan 72%, mengindikasikan perlunya kajian lanjutan pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Uji efikasi larvasida Bacillus thuringiensis israelensis Var. H.14 di berbagai Wilayah Kerja BKK Pontianak menunjukkan bahwa larvasida ini masih efektif untuk pengendalian larva nyamuk DBD di wilayah Pelabuhan Dwikora, Ketapang, Padang Tikar, dan Kendawangan. Namun, untuk Wilayah Kerja Bandara Supadio Pontianak, diperlukan uji lanjutan guna memastikan efektivitas larvasida ini di locus tersebut.
Rekomendasi
Hasil uji ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan berkala dan penyesuaian dosis larvasida untuk memastikan efektivitas pengendalian vektor, terutama di wilayah yang menunjukkan variasi tingkat kematian pada konsentrasi tertentu. Hal ini juga penting dalam mendukung program pengendalian vektor yang berkelanjutan dan perlindungan kesehatan masyarakat dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.