Potensi Pandemi Baru “Virus Nipah”

Oleh : Muhammad Hadi Arwani

Pontianak, 13 Oktober 2023

Virus Nipah adalah virus Zoonitic yang menularkan ke manusia dari hewan. Pada orang yang terinfeksi, virus Nipah menyebabkan penyakit berat yang dicirkan dengan pembengkakan otak (ensefalitis) atau penyakit pernapasan. Virus Nipah juga dapat penyakit pada hewan seperti babi, yang mengakibatkan penurunan ekonomi pada petani. Nipah virus termasuk dalam genus Henipavirus, klas baru dari famii Paramyxoviridae.

Penyebaran dari virus Nipah awalnya diperkenalkan pada tahun 1999 selama sebuah wabah (outbreak) pada petani-petani babi di Malaysia. Sejak itu, ada 12 kasus wabah, pada wilayah Asia Selatan. Selama wabah yang terjadi di Malaysia dan Singapura, banyak manusia yang terinfeksi dihasilkan dari kontak langsung dengan babi yang sakit atau dari jaringan hewan yang terinfeksi. Selama 2001-2008 wabah di Bangladesh dan India, terjadi wabah diakibatkan dari konsumsi buah dan produk buah yang terkontaminasi oleh urin atau liur dari kelelawar buah yang merupakan sumber infeksi. Selama akhir wabah (2005-2008) di Banglades dan India, virus Nipah menyebar secara langsung dari manusia ke manusia Ketika orang yang tidak terinfeksi berkontak erat dengan sekreksi dan ekskresi dari orang terinfeksi, seperti liur, urin, dan muntahan dari diare.

Menurut WHO, virus tersebut berasal dari kelelawar buah yang ditularkan ke babi saat terjadi penebangan hutan secara besar-besaran, sehingga menyebabkan populasi kelelawar berpindah mendekati area peternakan. Ternak babi yang telah terinfeksi dapat menularkan Virus Nipah ke peternak dan peternak pun dapat menularkannya ke sesama manusia. Proses penularan yang mudah inilah yang menjadikan Virus Nipah diduga bisa berpotensi menjadi pandemi.

Gejala yang muncul pada manusia bervariasi dari asimptomatik ke gejala ensefalitis berat. Orang yang terinfeksi awalnya muncul gejala seperti influenza yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan nyeri tenggorokan. Diikuti dengan gejala pusing, perubahan kesadaran, dan gejala neurologis yang mengindikasikan terjadinya ensefalitis. Beberapa orang menunjukan gejala pneumonia atipikal, dan gejala ISPA. Ensefalitis dan kejang memburuk menjadi koma dalam 24-48 jam. Masa inkubasi bervariasi dari 4-45 hari. Orang yang sembuh dari akut ensefalitis dapat sembuh total, namun 20% kasus mengakibatkan gejala sisa neurologis. Fatalitas dari kasus bervariasi dari 40-75%.

Penegakan diagnose dari virus Nipah dilakukan dengan tes pemeriksaan:

1. Serum neutralization

2. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

3. Polimerase Chain Reaction (PCR)

4. Imunofluoroscence assay

5. Isolasi virus dari kultur.

Tidak ada pengobatan atau vaksin tersedian untuk mengobati infeksi dari virus Nipah, Perawatan suportif intensif yang mengobati gejala adalah pendekatan utama untuk mengatasi orang yang terinfeksi. Pembersihan rutin dan disinfeksi dari peternakan babi (dengan natrium hipoklorit atau bahan deterjen) dapat mencegah infeksi. Jika terjadi wabah, maka dilakukan karantina terhadap hewan tersebut.


Sumber: Who Fact Sheet.2009. https://www.who.int/publications/journals/weekly-epidemiological-record.