PEMERIKSAAN MOBILE VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)HIV/AIDS PADA PETUGAS/PEKERJA STAKEHOLDER DAN MASYARAKAT DI PELABUHAN DWIKORA PONTIANAK DAN BANDARA SUPADIO KUBU RAYA 

Oleh  : Syarifah Maryani

Pontianak, 26 Maret 2024

Pada Hari Senin 26 Februari 2024, Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Pontianak melakukan pemeriksaan Mobile VCT di Terminal Pelabuhan Dwikora Pontianak. Kegiatan mobile VCT yang di lakukan sesuai tugas dan fungsi dari Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Pontianak untuk mencegah penyakit dan factor resiko penyakit, kegiatan Mobile VCT yang di rangkaikan dengan penyuluhan HIV ini di ikuti oleh stackholder dan ABK serta buruh di wilayah pelabuhan Dwikora Pontianak. Kegiatan yang di pandu oleh dr.Siska Situmorang ini di sambut baik dan di ikuti dengan antusias oleh peserta, Peserta yang dilakukan test berjumlah 20 orang, yang merupakan perwakilan dari beberapa instansi dan organisasi yang terkait dengan pelabuhan. Instansi tersebut antara lain PT. Pelindo Regional II Cabang Pontianak, KSOP (Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan ) Kelas II Pontianak, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak, Polsek Kawasan Pelabuhan Dwikora Pontianak, PT. Dharma Lautan Utama (DLU), Pengurus TKBM, dan Penumpang KM. Dharma Kartika VII.


Pada hari Jumat tanggal 1 Maret 2024 juga telah dilakukan pemeriksaan VCT di bandara Supadio. Kegiatan pemeriksaan VCT dilakukan pada 30 orang pegawai dari berbagai Air lines Maskapai, protokeler, pekerja sekitar bandara, maupun stakeholder terkait. Kegiatan juga diawali dengan materi sosialisasi dari dr. Muhammad Hadi Arwani. Hasil dari pemeriksaan VCT di koordinasikan dengan petugas Kesehatan dari puskesmas Sungai Durian Petugas kesehatan dari Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Pontianak dan petugas puskesmas yang melakukan pemeriksaan dengan rapid test antibodi HIV-1 sesuai standar. Pemeriksaan dilakukan secara rahasia dan kerahasiaan hasil pemeriksaan dijaga dengan ketat.


VCT (voluntary counseling and testing) merupakan rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang positif atau negatif mengidap HIV. Pemeriksaan ini bersifat rahasia dan sukarela. Artinya, keputusan untuk menjalankan pemeriksaan adalah pilihan seseorang dan ia memiliki hak privasi mutlak.


Di awal perkembangan HIV biasanya tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga seseorang tidak menyadari jika sudah terinfeksi HIV. Maka itulah, VCT bertujuan untuk mendeteksi HIV sedini mungkin dan membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan HIV sebelum terlambat.


Kegiatan VCT juga harus dibarengi dengan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada anak usia remaja, karena anak usia remaja sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Dengan melakukan penyuluhan, masyarakat akan lebih mawas diri sehingga angka penularan HIV/AIDS dapat terus ditekan. Mari kita mengenai dan mengetahui lebih lanjut seputar penyakit HIV/AIDS dari paparan di bawah ini.

Definisidan Epidemiologi HIV/AIDS

HIV(Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia, yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang di timbulkan. Sampai sekarang kasus HIV/AIDS di berbagai negara jumlahnya terus bertambah, mungkin karena kurangnya pengetahuan penduduknya atau karena penduduknya yang menganggap penyakit HIV/AIDS hanya penyakit biasa saja.

Apabila kita melihat epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia, jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan Maret 2021 cenderung meningkat setiap tahun. Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai Maret 2021 sebanyak 427.201 (78,7%dari target 90% estimasi ODHA tahun 2020 sebesar 543.100).

Jumlah AIDS yang di laporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2021 cenderung naik. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2021 sebanyak 131.147orang.

Definisidan Epidemiologi HIV/AIDS

Penyakit HIV tidak hanya menular pada orang dewasa saja, tetapi penyakit HIV juga menular kepada anak kecil sejak anak tersebut masih dalam kandungan. Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai obat-obatan/narkoba

Gejala

Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi.

Diagnosis

TesHIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk di teliti di laboratorium.

Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV,antara lain:

Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat.

Pengobatan

Sejauh ini, Anti Retroviral Virus (ARV) merupakan obat yang ampuh menekan virus HIV/AIDS dalam tubuh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Saking ampuhnya, penderita HIV/AIDS bahkan bisa berkeluarga, produktif bekerja, berkeluarga dan virusnya tidak menular ke istri dan anaknya. Dengan kata lain, ODHA yang meminum ARV secara teratur tanpa tertinggal sekalipun dapat hidup layaknya orang yang tidak menderita HIV/AIDS.

ARV pertama kali ada pada 1997 dan Pemerintah Indonesia mulai menyediakan obat ARV  secaracuma-Cuma pada akhir 2014. ARV bekerja dengan menghilangkan unsure yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA,dilakukan  sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu di diagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan di tunda, karena virus akan semakin merusak system kekebalan tubuh.


Dokumentasi